Fri, Jul 1st 2011, 10:20
Peneliti Singapura Bicara Syariat Islam
Prof R Michael Feener, peneliti dan sejarawan dari National University of Singapore (NUS), menjadi pemateri dalam diskusi Syariat Islam dan Perubahan Sosial Kontemporer yang digelar di Aula Gedung MA Jangka, Universitas Almuslim, Peusangan, Bireuen, Kamis (30/6). SERAMBI/FERIZAL HASAN
Michael Feener yang lancar berbahasa Indonesia itu mencontohkan, hukum hanya diterapkan untuk masyarakat kecil, sementara para koruptor jarang tersentuh hukum menurut syariat Islam. Dikatakan, selama penelitian dalam beberapa tahun terakhir ditemukan hal-hal yang dapat membedakan masing-masing karakter pemimpin dalam menganggarkan dana untuk mendukung penerapan syariat Islam di wilayahnya masing-masing.
Bahkan, katanya, dukungan terhadap operasional polisi syariat atau Wilayatul Hisbah (WH) terkesan acuh tak acuh. Karena ada pihak yang mendukung dan ada pula yang kurang mendukungnya. Sehingga WH tidak maksimal dalam bekerja akibat tak ada dana operasional. “Syariat Islam di Aceh kerap dijadikan sebagai alat politik. Itu sangat kita sayangkan jika hal itu terus terjadi. Karena bukan tidak mungkin generasi sekarang dan yang akan datang akan terkontamidasi dengan kondisi itu,” jelasnya.(c38)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar